gaulislam edisi 870/tahun ke-17 (18 Zulhijah 1445 H/ 24 Juni 2024)

“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati dalam kesabaran.”  (QS al-‘Ashr [103]: 1-3)

Kata orang bijak, manusia sejatinya hidup dalam tiga masa. Masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Waktu juga akan terus berputar, istiqamah berjalan. Tak peduli apapun yang terjadi. Masa bodo sama kamu yang terus merutuki nasib. Dia akan tetap bertugas sesuai dengan kodratnya. Nggak akan mundur, apalagi terulang. Terus berjalan.

Masa lalu, adalah waktu yang telah terlewati. Kita sebagai pemeran utamanya, merasakan sendiri masa itu telah pergi jauh sekali. Dahulu, bertahun-tahun silam, saat pertama kali kita lahir, menangis, masih merah, menyusu. Senang sekali ayah dan ibu kita. Sekian lama, menunggu kelahiran anak, 9 bulan. Terus berlanjut, bisa berjalan, berlari. Sekolah, mengenal teman. Hingga bisa pertama kali bisa buang air sendiri.

Rasa-rasanya baru kemarin masih kanak-kanak, kini udah keterima di perguruan tinggi atau malah sudah memiliki pekerjaan. Cepat berlalu. Ingin sekali merasakan masa-masa indah yang sudah lalu itu. Kembali mengulang. Atau kembali menjadi bocah ingusan. Pakai celana dalam bergambar Ultraman, dengan bedak bukan main banyaknya di muka. Berlari. Hidupnya hanya soal bermain, makan, tidur. Tanpa beban sama sekali.

Sobat gaulislam, masa lalu juga menjadi waktu pembelajaran: “Belajar dari masa lalu”, “masa lalu adalah guru terbaik”. Waktu itu mungkin kita masih banyak kekurangannya. Masih sering melakukan kesalahan. Khilaf. Lebih banyak buang-buang waktunya dari pada produktif. Kebanyakan membuat orang tua kecewa, dibandingkan membuatnya tersenyum bangga. Masih senang bura-hura bermaksiat, membuat Tuhan murka, ketimbang menyiapkan bekal untuk di akhirat kelak.

Duhai manusia. Sedikit sekali yang mau menjadikan masa lalu itu sebagai guru terbaik. Mengambil hikmah, sebagai motivasi untuk lebih baik lagi. Jarang yang begitu. Umumnya nggak peduli. Prinsipnya, “yang penting mah sekarang bisa hidup.”

Bagaimana dengan masa kini? Ya, sekarang. Persis seperti kalian yang sedang menghirup oksigen. Katanya masa kini ditentukan dari masa lampau. Sekarang kita masih bisa hidup karena kemarin kita belum dijemput Malaikat Maut. Sekarang kita yang berbadan besar, tinggi, sedang belajar. Masa kini adalah penentu untuk masa yang akan datang. Sekarang kita wajib untuk mempersiapkan diri demi menjemput masa depan. Menyiapkan fisik, mental, keahlian, visi, misi, mimpi-mimpi.

Sebab, seperti masa lalu, bagaimana masa sekarang kita ini setelah melewati masa lalu. Apa yang telah dicapai sekarang yang itu adalah impian kita dahulu. Kita bisa apa waktu itu, lalu apakah sekarang bertambah baik? Harus ada perubahan. Impian-impian itulah yang harus kita persiapkan di masa sekarang ini. Kalo petani panen padinya sekarang, berarti nanemnya sekitar 4 bulan lalu. Semakin baik persiapannya, diharapkan semakin bagus juga hasilnya. Maka, bersiaplah sebaik-baiknya. Mengapa? Agar masa yang akan datang itu sesuai dengan keinginan dan harapan kita, yang terbaik tentunya.

Nah, berikutnya tentu adalah masa depan. Setiap orang pastinya menginginkan masa depan yang cerah. Terang kayak lampu LED. Pengennya kaya, berduit, segala macem benda, tahta, juga pasangan hidup. Itu sebabnya, banyak yang berdoa, semoga masa depan menjadi lebih baik, banyak rezeki yang berlimpah. Semoga Allah berbaik hati kepada saya.

Kamu perlu tahu bahwa masa depan yang kita inginkan dan harapkan itulah ditentukan dari masa sekarang ini. Memang masa depan itu tidak ada yang tahu. Unpredictable. Banyak orang yang males-malesan, nggak mau mempersiapkan masa depannya. Dengan anggapan kalau “Allah itu Maha Baik, Maha Pengampun. Untuk apa susah-susah berjuang. Nanti juga Allah akan memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Buat apa juga bertobat. Kan Allah Maha Pengampun. Pasti kesalahan kita bakal diampuni.”

Meski begitu, kita tetap harus ikhtiar. Melakukan yang terbaik. Tetap menambah pemahaman hidup, keahlian diri. Terlebih tentang religi. Beribadah yang getol kehadirat-Nya. Siapa tahu besok kamu mati. Atau bisa jadi semenit lagi. Nggak ada yang tahu, Bro. Itu sebabnya, kudu siap-siap.

Dikelilingi keburukan?

Parahnya nih, yang umum terjadi di kalangan remaja, terutama remaja zaman sekarang, adalah keburukan. Jungkir balik dari harapan orang tua dan harapan umat. Mimpi terbaik dunia kepada anak-anaknya yang paling produktif. Lihat saja fenomena-fenomena yang terjadi zaman now ini.

Pembunuhan dan kematian akibat kecelakaan kerap kali terjadi, di kalangan remaja juga banyak. Apalagi kalo kamu lihat fakta anak-anak remaja yang suka ngejar-ngejar bis demi mendengar klakson basuri. Nggak sedikit tuh yang akhirnya kecelakaan. Belum lagi yang suka bikin semacam uji nyali, lalu dibikin konten. Misalnya aksi menghada truk yang sedang melaju. Ini aneh memang. Main-main dengan nyawa yang cuma satu-satunya itu.

Ada pula yang mengakhiri hidupnya karena terlilit pinjol alias pinjaman online, ditagih nggak punya uang, akhirnya bunuh diri. Kasus lain, kecanduan judi online, kalah terus lalu nekat maling atau malah bundir. Nggak sedikit juga yang mentalnya cengeng, putus cinta malah sekalian putus nyawa. Ngeri, Bro en Sis!

Remaja yang krisis moral juga bejibun. Pacaran udah jadi tradisi. Menjamur di mana-mana. Bahkan seolah dilegalkan oleh ortu mereka dan dibiarkan laki-perempuan berinteraksi di sekolah. Akibatnya, banyak kasus hamil di luar nikah tersebab pacaran terlalu hot. Aborsi menjadi kasus turunannya. Si cowok yang udah menggarap pacarnya, malah kabur entar ke mana, si cewek yang menanggung malu dan aib karena dihamili sebelum menikah lalu memutuskan aborsi janinnya. Menyedihkan.

Padahal, Allah Ta’ala udah mewanti-wanti dalam firman-Nya (yang artinya), “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Isra’ [17]: 32)

Ada problem remaja lainnya? Ada. Kamu pasti ngeh lah, di medsos banyak yang ngejar viral. Pansos dengan konten yang unfaedah. Apa coba maksudnya? Banyak remaja (bahkan sekarang emak-emak dasteran juga heboh bikin konten) yang pengen banget terkenal, pengen viral.  Mencari perhatian orang lain. Pansos adalah singkatan dari panjat sosial atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan social climbing. Istilah ini merujuk pada perilaku seseorang yang suka membuat dirinya terlihat memiliki status sosial lebih tinggi dibanding orang sekitarnya.

Meski tergolong bahasa gaul, pansos sudah ada dalam daftar Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dengan arti usaha yang dilakukan seseorang untuk mencitrakan dirinya memiliki status sosial tinggi dengan cara seperti mengunggah foto, tulisan, dan hal serupa ke media sosial.

Beberapa tahun lalu, sempat viral, pemuda yang membuat konten di YouTube dengan memberi sesuatu kepada orang lain. Mengesankan dia pemurah, pas dibuka isinya sampah. Bejibun juga yang konten isinya ngeprank, orang lagi santai menikmati hidup, malah diberi petasan. Parahnya ada juga yang mengerjai lansia, juga yang joget-joget konyol dan memalukan. Nggak menghasilkan manfaat apa-apa, tetapi dosa dan waktu yang dimilikinya terbuang banyak.

Jangan ditanya kalo urusan bullying. Entah mengapa kok tetap nggak kadaluarsa. Ada aja dari dulu sampe sekarang. Sudah menjadi hal yang ‘biasa banget’ di kalangan remaja. Baru masuk sekolah langsung ditindas. Si senior paling merasa tinggi. Dengan melakukan tindakan intimidasi, dia merasa orang-orang akan segan dan hormat kepadanya. Padahal hanya takut.  Seharusnya saling menyayangi, saling peduli.

Parahnya banyak yang membully dengan alasan tidak jelas. Menyakiti fisik. Mukul, nendang, hingga melukai. Nggak sedikit juga yang mem-bully secara mental. Mengejek, olok-olok, caci maki, menghina dan melabeli temannya dengan nama-nama hewan tertentu. Akibatnya korban jadi minder, nggak nyaman dan nggak aman.

Sobat gaulislam, meski kehidupan remaja banyak dikepung keburukan, tetapi alhamdulillah ada juga remaja lain yang nggak terpengaruh, bahkan bisa berjuang dalam dan demi kebaikan. Siapa mereka? Para penghafal al-Quran. Sekarang sudah banyak penghafal al-Quran yang menorehkan banyak prestasi, terlebih negeri Indonesia kita sendiri kental keislamannya. Negeri dengan mayoritas muslim. Berdiri banyak pesantren, pondok atau lembaga yang memberikan pembelajaran Islam. Alhamdulillah.

Dari sanalah terlahir lulusan-lulusan yang berbakat. Menghafal al-Quran, jago bermacam bahasa juga berpemahaman Islam yang bisa memperbaiki umat, melalui dakwah. Mengikuti lomba-lomba MTQ, qari, ceramah. Dari yang kecil sampai remaja. Mulai dalam negeri hingga luar negeri. Peminatnya pun banyak. Jadi tidak hanya yang buruknya saja yang menonjol. Tapi ada yang bisa dibanggakan. InsyaAllah kabar gembira tetap ada.

Meski demikian, kalau dihitung-hitung, bisa jadi lebih banyak yang kejelekan dan keburukan. Sering terjadi dan tersorot pula sama media. Nah, pertanyaannya, mengapa bisa ada remaja-remaja yang berkelakuan tercela seperti itu? Pasti ada faktor penyebabnya, nih!

Apa saja faktor penyebabnya?

Bisa jadi dipengaruhi oleh keluarga. Mulai dari yang terdekat. Keluarga sangat berpengaruh dalam kehidupan seorang remaja. Mau yang lelaki atau perempuan.  Jika dari lahir seseorang itu dididik dengan baik, maka ia akan menjadi baik pula. Orang tua yang menjaga ketat anaknya, memberikan pengetahuan baik, dan mendalami ajaran Islam. Orang tua yang baik untuk anak yang baik. Jika seorang anak sudah terbiasa sedari lahir, maka samakin besar ia akan berperilaku sebagaimana ia dari kecil. Insya Allah inget terus kebaikan yang diajarkan. Namun, kalo anak dididik kurang baik atau bahkan ditelantarkan, sangat mungkin yang terjadi adalah seperti kasus kebanyakan remaja zaman sekarang yang udah disebutkan di awal tulisan ini.

Penyebab lainnya, bisa juga karena lingkungan dan sekolah yang kurang mendidik. Selain keluarga, lingkungan remaja hidup juga berpengaruh signifikan. Gimana remaja diperlakukan, dia akan mencontoh. Berteman juga amat memengaruhi pola hidup remaja. Jika di sekolah diajarkan untuk kurang peduli terhadap kebaikan, siapa pun akan merasa tidak berkewajiban untuk bersikap baik.

Atau bisa jadi, sekolah dan lingkungannya sudah baik dan islami, tetapi remajanya itu sendiri yang buruk perangainya. Enggan menerima kebaikan, lebih memilih jalan yang salah. Entah karna kehendak sendiri, atau dari pengaruh lain. Maka si remaja itu sendirilah yang sebagai peran utama yang mengendalikannya. Dimulai dari diri sendiri.

Oya, bisa juga karena ada masalah dengan negara ini. Sebab, negara yang nggak menerapkan aturan-aturan yang benar dan baik atau sanksi buat rakyatnya akan menumbuhkan keburukan. Dan, ini jauh lebih berbahaya lagi.

Istiqamah dalam kebaikan

So, hebat banget tuh untuk remaja-remaja yang udah menorehkan prestasi, yang bermanfaat bagi lingkungannya dan juga orang lain. Dari kalian orang sekitar bisa terinpirasi dan menirunya. Kita, yang belum bisa apa-apa, dukung dan berikan semangat. Kalau bisa diapresiasi. Terus kembangkan bakat kalian, gapai prestasi lainnya. Harapannya, semoga menjadi inspirasi dan keteladan bagi remaja lainnya.

Jadilah baik seperti mereka yang sudah baik. Atur ulang arah langkah kalian.  Luruskan kembali niatnya. Orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Sebab, capek-capek membiayai, malah jadi berandal. Lagi. pula dengan mengerjakan maksiat hanya akan mendatangkan kesengsaraan. Ingat berbuat dosa itu perlu banyak duit, beda dengan beramal salih. Amal shalih, rata-rata dikerjakan secara gratis lagi menenangkan. Mulailah perbaiki dirimu. Adabnya, pergaulannya, pemikiran termasuk ibadahnya. Dekati Allah Ta’ala, maka Dia akan mendekatimu. Sambil berharap kebaikan untuk semua.

Bagi remaja yang sudah baik, jangan lupa hidup tak semuanya tentang diri sendiri. Ada orang lain, ada kehidupan sekitar kita. Ada yang memerlukan rengkuhan tangan kalian. Berbagilah. Berbagi ilmu yang sudah kalian dapatkan, dengan berdakwah. Arahkan teman-teman yang lain, utamanya yang masih tersesat agar menemukan jalan yang benar. Baik untuk dirinya, juga baik untuk orang lain.

InsyaAllah. Masa depan yang cemerlang akan tercipta, jika kita semua mau berperan untuk menciptakannya.  Remaja-remaja yang mau berusaha menjadi baik, mau menjadi lebih baik lagi. Remaja baik yang juga terus memperbaiki diri. Tak egois. Namun saling bahu membahu demi kemaslahatan bersama. Kebaikan berkepanjangan, berkelanjutan. Menerima dakwah orang lain yang itu pastinya bermaksud memperbaiki. Jangan sekalipun mengingkarinya. 

Kalo nggak gimana? Ya, kita semua yang akan rugi dan hanya mendapatkan keburukan. Siapa pula yang mau masa depannya rusak. Ogah!

Terus, jangan lupa juga menerapkan aspek-aspek akidah dan syariat Islam dalam hidup, di setiap aktivitasnya. Menegakkan syariat Islam. Islam yang kaffah yang tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya. Sebab, hanya melalui Islam segala macam hal menjadi baik, aman, dan tenteram sesuai ridha Allah Ta’ala.

Yuk, berjuang bersama. InsyaAllah mendapatkan kebaikan dan kemenangan. Sehingga masa depan Gen Z berada dalam kebaikan Islam, Insya Allah. [Muhammad Zharfan Ibrahim]