O. Solihin

katakan kebenaran itu meskipun terasa pahit

LOVING YOU Merit Yuk!

Nikmati Cinta di Jalur yang Benar

Sebuah pengantar

Bismillahirrahmaanirrahiim.

 

Cinta tak pernah bosan untuk diobrolkan. Cinta tak pupus oleh waktu, ia senantiasa hadir dalam kehidupan kita. Asyik untuk dibahas, tak lelah untuk menuliskannya. Karena cinta memiliki keunikan dan sekaligus “keajaiban”.

Uniknya cinta bisa dilihat dan dirasakan dari berbagai sisi. Paling nggak, cerita tentang cinta yang bahagia sama nikmatnya dengan mendengar kisah duka karena cinta. Selain unik, cinta memang “ajaib”. Bisa mengobati rasa gelisah, mampu melicinkan perasaan, dan juga menumbuhkan kreativitas yang tak pernah ada habisnya.

Nah, bicara tentang cinta, ada satu fenomena yang menarik dan perlu mendapat perhatian dari kita semua. Sepertinya sebagian besar dari kita selalu merasa “gatal” bahwa jika cinta tak diekspresikan dengan aktivitas mencintai, akan berakhir dengan kesengsaraan dan penderitaan. Itu sebabnya, jangan heran jika akhirnya banyak yang kabur memaknai cinta. Banyak yang gelap mata, dan nggak sedikit yang miskin ilmu. Dikiranya mengekspresikan cinta, padahal menggeber nafsu. Cinta sebenarnya tak sama dengan aktivitas mencintai. Tak berbanding lurus pula. Tapi kenapa harus dipaksakan untuk disamakan?

Guys, sejatinya cinta tetap bisa tumbuh dan terpelihara meski tak diekspresikan dengan aktivitas mencintai. Itu sebabnya pula, cinta tetap ada meski tanpa diwujudkan dengan pacaran. Karena cinta memang beda dengan pacaran. Buktinya banyak orang jatuh cinta, dan nggak sedikit yang memendamnya. Mereka cukup merasakan cinta di dalam hatinya. Entah karena tak kuasa mengatakannya kepada orang yang dicintainya, atau memang sengaja ingin memelihara dan merawatnya sampai pada suatu saat di mana kuncup itu menjadi mekar dan berbunga di taman hatinya. Dan.. ia benar-benar siap untuk mengekspresikannya di jalur yang benar.

Dua alasan tadi tak perlu dipertentangkan. Karena yang terpenting adalah bahwa tanpa diekspresikan dalam aktivitas saling mencintai pun cinta tetap akan tumbuh di hati. Kenyataan ini pula yang mengukuhkan bahwa cinta tidak selalu sama dan tak sebangun dengan aktivitas mencintai. Jelas, ini mematahkan mitos selama ini yang meyakini bahwa jika jatuh cinta harus diwujudkan dengan aktivitas mencintai bernama pacaran. Ya, namanya juga mitos, bukan fakta, Bro. Lihat aja, mereka yang masih melajang sampe tua, bukan berarti tak memiliki rasa cinta. Mereka pasti memiliki cinta kok. Cuma karena cinta tak mesti dieskspresikan dengan aktivitas mencintai seperti pacaran atau juga pernikahan, ya tak membuatnya sakit tuh. Cuma mungkin gelisah aja karena nggak bisa berbagi cinta dengan seseorang yang bisa membalas cintanya.

Namun meski demikian, bukan berarti cinta tak boleh diekspresikan sama sekali dalam aktivitas mencintai. Nggak juga. Ini sekadar ngasih gambaran bahwa kita jangan keburu menyimpulkan bahwa pacaran adalah jalan pintas untuk mengekspresikan cinta. Kalo pun harus diekspresikan dengan aktivitas saling mencintai, tentunya hanya wajib di jalan yang benar sesuai syariat. Tul nggak? Yup, hanya melalui ikatan pernikahanlah cinta kita bisa dan halal diekspresikan dengan kekasih kita. Begitu lho.

Sobat muda muslim, buku sederhana ini akan coba mengupas abis soal cinta dan juga aktivitas mencintai. Kami tak akan mengajarkan bagaimana trik berpacaran, karena memang tak pantas dalam pandangan syariat. Sebaliknya, kami ingin berbagi pengalaman, bahwa menikmati cinta itu bisa lebih lezat jika segalanya dilakukan dalam koridor syariat.

Melalui tulisan di buku kecil ini, kami ingin berbagai pengalaman bahwa menikah tanpa melalui aktivitas pacaran terlebih dahulu ternyata mengasyikan dan seru. Ibarat puasa, maka ketika berbuka pasti senang rasanya. Itulah yang setidaknya ingin kami bagikan. Jika dalam aktivitas pacaran segalanya sudah pernah kita cicipi terlebih dahulu kenikmatannya (bahkan ada yang merayakannya dengan seks bebas segala), maka ketika akan masuk ke pintu pernikahan, kita jadi agak-agak bosen dan nggak terlalu seru, apalagi asyik. Ibarat main gim, jika tingkat kerumitan di beberapa level sudah dikuasai, maka jadi nggak ada tantangan lagi. Bandingkan dengan ketika kita pertama kali main gim; wuih campur aduk deh perasaannya; senang, seru, banyak tantangan karena belum apal kejutannya, dan belum ngeh dengan model permainannya. Hmm…itu membuat kita betah untuk menikmatinya kan?

Buku LOVING YOU Merit Yuk! ini bukan tanpa panduan lho. Kamu sebagai pembaca nggak kita biarkan memilih sendiri jalan yang akan ditempuh. Nggak. Kami tetap memberikan jalan yang benar. Untuk mengenal pasangan sampe membuat keputusan untuk menikah kita kemas dalam tulisan yang insya Allah menyegarkan. Kami berusaha untuk tidak menggurui, apalagi menghakimi. Kita ngobrol aja dari hati ke hati.

Kami sarankan agar pembaca mengikuti panduan yang ada. Lebih enaknya, dibaca dari awal. Terus berurutan sampe akhir buku ini. Insya Allah kami telah menyusunnya sedemikian rupa supaya lebih sistematis dan membentuk kerangka berpikir yang utuh.

Oya, perlu kita jelaskan bahwa meski judul buku ini mengesankan seperti menyuruh langsung menikah, padahal di masyarakat umumnya diyakini bahwa pacaran sebagai sarana penjajakan en pengenalan pasangan untuk menuju pernikahan, bukan berarti kita mengabaikan pengenalan calon pasangan lho. Nggak. Justru kita ngasih alternatif ta’aruf dengan calon pasangan kita yang insya Allah terbebas dari kemaksiatan. Kita mengenalkan kembali konsep yang memang sudah sejak lama dilakukan oleh kaum muslimin, yakni konsep khitbah atau meminang (jangan salah baca: meminang ya, bukan menimang! Ehm…)

Semoga saja ini menjadi alternatif pemecahan di tengah derasnya arus pergaulan bebas yang tidak saja kian menyuburkan maksiat, tapi juga membahayakan keberlangsungan hidup umat manusia. Meski disampaikan dengan bahasa bertutur dan ringan, buku ini insya Allah tak akan kehilangan kedalamannya mengupas setiap masalah yang ada dan memberikan jalan keluarnya. Meski boleh dibilang merupakan bacaan ringan, tapi insya Allah tetap berisi pesan berbobot. Kajian ini pun lebih banyak besifat praktis, meski tetap menampilkan kekuatan ideologi yang diusung. Jadi intinya, mari nikmati cinta di jalur yang benar agar bisa selamat dunia-akhirat. Oke?

Sebelum mengakhiri pengantar ini, ijinkan kami menyampaikan rasa syukur kepada Allah Swt. yang telah memberikan kesempatan dan kenikmatan kepada kami untuk bisa menyelesaikan risalah kecil ini. Alhamdulillah, segala puji hanya milikNya. Tanpa cinta dan karuniaNya, niscaya kami tak mampu berbuat banyak untuk membina diri, apalagi menyampaikan kepada orang lain.

Rasa terima kasih juga kami haturkan kepada orangtua kami yang tak kenal lelah membimbing kami menemukan jalan kebenaran bernama Islam. Nggak lupa, ucapan terima kasih kami haturkan juga kepada istri kami yang senantiasa memberikan dukungan semangat, juga untuk anak-anak kami. Semoga usaha ayahnya ini menjadi bagian dari ibadah buat semuanya. Amin.

Seluruh guru-guru kami, dan teman-teman kami (maaf, tidak bisa kami sebutkan satu per satu) yang telah mengajarkan ilmu di “sekolah kehidupan” selama ini. Terima kasih atas inspirasi dan dukungannya yang tak kenal kata henti. Semoga bisa terus membimbing kami agar tetap berjalan di jalur yang benar dan berjuang bersama untuk membela kebenaran Islam ini.

Kepada semua kru Gema Insani Press (special thanks buat Pak Hakim en Mbak Mimin), kami mengucapkan banyak terima kasih karena udah mau “direpotkan” untuk menerbitkan buku ini sederhana. Semoga apa yang kita upayakan mendapat ridho dari Allah Swt.

Terakhir, inilah persembahan kami untuk pembaca remaja. Pesan kita nih, buat yang masih sekolah, jadikan aja ini sebagai wawasan dan bekal ilmu ya. Suatu saat bisa diamalkan dengan benar dan baik. Nah, buat pembaca remaja yang udah berstatus “mapan”, baik materi dan mentalnya, semoga sharing yang kita tulis ini bisa membantu kamu menemukan jalan untuk menikmati cinta di jalur yang benar. Semoga kita semua menjadi generasi yang muta’abid (ahli ibadah), mufakkir (ahli berpikir), dan mujahid (pejuang) dan menularkannya kepada anak-anak kita kelak. Tetep semangat!

Bogor, Maret 2005

O. Solihin dan Hafidz341

==

Daftar Isi

Bagian Satu: Sekilas tentang Cinta

Kata pembuka untuk bagian pertama

Kita punya rasa suka

Jangan lihat tampang

Memoles pesona kita

Dari mana datangnya cinta?

Melihat lalu terpikat

Karena faktor kesamaan

Perhatian bisa menumbuhkan cinta

Berbahagialah jika kamu punya cinta

Bikin hidup lebih hidup

Karena cinta bikin kita kreatif

Tapi… jangan keburu “geer” lho!

Jangan pula gelap mata

Sebaliknya, perkasalah dengan cinta

Kenapa aku bisa sayang padamu?

Ternyata kamu punya pesona

Karena kita saling terbuka

Selanjutnya… saling memiliki

Andai aku bisa mencintaimu

Nikmati cinta tanpa rasa bersalah

Jika tetap harus berlabuh…

Bagian Dua: Manusia dan Cinta

Kata pembuka bagian kedua

Hubungan ini setua umur manusia

Kisah cinta sepanjang masa

Nabi Adam dan Siti Hawa

Cleopatra dan Julius Caesar

Nabi Yusuf dan Zulaikha

Muhammad dan Khadijah

Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra

Udah hadir sejak lahir

Cinta, cerita yang everlasting

Paling asyik diobrolin

Jadi lupa ama yang laen

Tanpa cinta, garing dan bete

Aku butuh, kamu butuh

Kebutuhan kita sama

Lingkungan manas-manasin

Cinta yang tak lagi sekadar suka

Rasa suka saja belum cukup

Kita harus bersatu

Mengikat makna cinta

Bagian Tiga: Pacaran= Hubungan Tanpa Ikatan

Kata pembuka bagian ketiga

Sejak kapan manusia pacaran?

Pacaran sebagai ancaman

Islam nggak kenal pacaran

Emang pacaran asyik?

Alasan remaja berpacaran

Akal sehat dikalahkan hawa nafsu

Untung-rugi pacaran

Bisa saling curhat

Katanya sih, ada pelindung tuh!

Ternyata… membongkar aib

Wakuncar= saatnya kena “roaming”!

Ah, mau untung jadi buntung!

Duh, inget dosa nggak sih?

Pacaran itu iseng!

Sekadar kedok menutupi status jomblo

Bisa putus-sambung sesukanya

Bisa ngelaba juga lho…

Kalo Cinta Jangan Maksiat

Debar asmara yang membara

Mendekati zina tuh!

Bakal rugi dunia-akhirat

Antara cinta dan hawa nafsu

Bagian Keempat: Menikah atau Pacaran?

Kata pembuka bagian keempat

Merit itu rumit, pacaran itu gampang?

Ini soal informasi dan persepsi

Nilai investasi dan nilai riil

Pacaran dulu, merit kemudian?

Coba deh SMART!

Main-main terus, atau mulai serius?

Pacaran=jaminan langgeng pernikahan?

Ngobrolin visi dan misi

Jangan lupakan keimanan

Pacaran=Nikmat membawa mudharat

Iman kendor, setan ngomporin

Nikmat sesaat, sengsara selamanya

Bagian Kelima: Menikah Tanpa Pacaran

Kata pembuka bagian kelima

Mengincar sang terget

PDKT sendiri

Mau lewat teman aja deh

Pilih yang paham banget soal agama

Sabar kalo belum dapet juga

Buruan khitbah dia

Pastikan ortu si gadis tahu

Jangan grogi pas ketemu ortunya

Jangan publikasikan dulu secara luas

Rambu-rambu pada masa khitbah

Khitbahnya singkat aja ya…

Persiapan before married

Jangan abaikan soal biaya

Poles juga mentalnya dong

Jalin terus komunikasi dengan berbagai pihak

Menikah tanpa rasa cinta?

Kenali pasangan kita

Komunikasi memegang peranan

Bersabar dan bersyukur

Tahun pertama hidup berdua

Jangan lupa diri

Mulai belajar mandiri

Kuatkan rasa tanggugjawab

Hadapi masalah dengan kebersamaan

Saling menguatkan

Saling percaya

Saling berbagi

Sebuah renungan

Tentang penulis

13 respons untuk ‘LOVING YOU Merit Yuk!

  1. wah bgus bnget..
    .saya sdah mmbaca smp halaman trakhir isinya sangat bermanfaat dan mendidik

    1. O gitu ya? Hmm.. lumayan lama juga ya. 5 tahun yg lalu berarti ketika saya ke Malang waktu itu 🙂 semoga bermanfaat ya.

    1. Insya Allah di toko buku seluruh Indonesia (seharusnya) ada, karena penerbitnya Gema Insani. Tetapi kalo mau pesan ke saya sebagai penulisnya boleh juga. Kebetulan ada stoknya. Harganya Rp 52.900 (harga diskon Rp 46.000) ditambah ongkos kirim ke Madiun. Oya, insya Allah dapat tanda tangan juga dari saya 🙂 Terima kasih.

Kantunkeun Balesan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.